Kuro Neko Translation

We Serve with the Quality

Kamis, 27 Juli 2017

Knights & Magic Arc 1 Volume 1 Chapter 1



Arc 1 Volume 1 Chapter 1 - Dunia Lain


Dunia ini tidak memiliki nama, orang-orang masih belum menjelajahinya sepenuhnya. Mereka berfikir kalau benua yang mereka tinggali meliputi seluruh dunia, dan salah satu benua di dunia itu adalah Zetterlund.

Benua Zetterlund terbelah menjadi dua yaitu wilayah timur dan barat oleh pegunungan Aubigne. Di pisahkan oleh jajaran pegunungan, masing-masing wilayahnya memiliki lingkungan yang unik. Wilayah barat di kuasai oleh beberapa negeri yang di perintah oleh manusia, di kenal sebagai Serikat Barat (Western Union). Di wilayah timur adalah lautan hutan Bocuse yang di tinggali oleh makhluk Iblis yang kuat ― sarang dari Demonic Beast.

Akan tetapi, wilayah bagian timur dari Zetterlund tidak benar-benar di hindari oleh manusia. Terdapat sebuah negeri manusia yang terpencil, di kenal dengan nama Kerajaan Fremmevira. Karena negeri ini berbatasan dengan lautan hutan Bocuse, negeri ini juga merupakan garis pertahanan dalam perang melawan Demon Beast. Untuk menumpas para Demon Beast yang berkeliaran, negeri tersebut menciptakan pasukan kesatria dan terus di pertahankan sampai hari ini. Mereka sangat bangga dengan tugas mereka sebagai tameng umat manusia dan Serikat Barat (Western Union) kini di kenal sebagai ‘Negeri Kesatria’.

Pada tahun C.E 1268, cerita dari benua ini sebagai latarnyapun di mulai.

Di kaki gunung Aubigne, yang menjulang sampai ke atas awan, adalah Ibu kota Fremmevira, Känkänen. jika kau berjalan ke timur selama setengah hari menggunakan karavan, kau akan mencapai sebuah kota besar. Kota ini sangat unik karena lebih dari setengah dari kota tersebut di kuasai oleh satu fasilitas. Bangunan benteng yang terbuat dari bata dan batu, tetapi bangunan tersebut tidak terlihat mengintimidasi dan tidak di maksudkan untuk penggunaan militer. Bangunan ini adalah institut Pendidikan untuk anak-anak di kenala sebagai ‘Laihala Pilot Academy’.

Para Knight mempertahankan masyarakat melawan serangan dari Demon Beast. Sebagai bagian dari negeri kesatria yang berjaya, tempat itu sangat popular di Fremmevira, dan itu adalah pekerjaan yang sangat di hormati. Karena negeri tersebut sangat sering di serang karena lokasi geografiknya, mereka membutuhkan jumlah pasukan yang besar. Melatih para Knight kemudian di jadikan prioritas negara, memimpin perluasan organisasi Pendidikan untuk para knight, Lahiala Pilot Academy.

Suara gedebuk bergema di dalam gedung yang terbuat dari bebatuan.

Tempat ini memiliki lantai batu yang sangat lebar, di kelilingi oleh dinding batu dan tempat duduk. Tempat latihan berbentuk oval ini berada di pinggir akademi.

Di tengah lapangan di mana kedua knight saling berhadapan dengan pedang mereka. Keduanya di persenjatai lengkap, salah satunya dengan sebuha pedang dan tameng, yang satunya memegang 2 pedang. Lapangan latihannya di gunakan untuk latihan tempur. Kedua knight melakukan semacam latihan, dan pedang yang mereka gunakan tumpul untuk menghindari luka.

Kedua knight berlatih dengan serius, meskipun itu hanyalah latihan. Mereka mengacungkan pedang mereka kepada satu sama lain, dengan hati-hati mengukur jarak lawan masing-masing. Hembusan angin meniup deb uke udara. Tatapan yang kuat itu berakhir, dan mereka berdua melancarkan serangan mereka secara bersamaan, menutup jarak mereka berdua dalam sekejap. Mereka masuk dalam jarak tempur dengan sangat gesit yang sangat sulit untuk di bayangkan dengan armor tempur seperti itu.

Tetapi ada yang salah dengan pemandangan ini, tanah berguncang setiap langkah kaki para petarung melangkah. Mengeluarkan suara gedebuk berat ke udara. Manusia biasa tidak akan bisa membuat suara seberat itu dengan langkah kaki mereka, bahkan jika mereka memakai full armor.

Jawabannya ada di sekitar mereka.

Ada orang-orang yang duduk di kursi penonton menyaksikan pertarungan para knight, tetapi sosok mereka lebih kecil di bandingkan para knight tersebut. Tidak, lebih tepatnya pihak yang lain; para knight terlalu besar. Jika membandingkan ukuran para knight dan ukuran para penonton, para knight setidaknya 6 kali lebih besar. Itu hal yang wajar kalau mereka itu berat, dan bukan hal yang berlebihan menyebut mereka raksasa.

Para knight raksasa ini bukanlah manusia. Mereka sebenarnya adalah Silhouette Knight, memiliki tinggi sekitar 10 meter dengan frame metalik yang di kenal dengan ‘Inner Skeleton’ dan ‘Crystal Tissue’ yang bertindak sebagai otot. Berbahan bakar mana, itu adalah robot hybrid yang tercipta oleh sihir dan teknologi, knight raksasa. Mereka adalah senjata untuk melawan Magic Beast, pasukan tempur terkuat yang di ketahui oleh umat manusia.

Tidak jauh dari Silhouette Knight yang bertarung, beberapa sosok menyaksikan pertandingan itu, salah satu dari mereka memiliki tatapan yang tidak biasa.

Dia adalah salah satu instructor tempur. Dengan kata lain, tugasnya adalah untuk melatih para pilot bertarung menggunakan Silhouette Knight agar bisa melindungi masyarakat dari Demon Beast. Dia memperhatikan setiap pergerakan dari peserta pelatihan, memberikan suasana yang serius.

“Itu… Robot…”



Sebuah suara yang menggemaskan datang dari belakangnya. Pria itu berbalik dan melihat wanita yang cantic berjalan mendekatinya dengan seorang anak yang di gendongnya. Wanita itu memiliki rambut perak yang dengan ujung keunguan yang menjuntai sampai pinggangnya. Rambutnya berayun di terpa angin sembari dia berjalan, meninggalkan jejak cahaya perak di belakangnya. Dia memiliki mata biru yang lembut, kulit putih pucat, dan terlihat sangat muda, di antara umur sekitar 15 sampai 20. Terlepas dari penampilan mudanya, dia sudah menikah dan telah memiliki seorang anak.

Sang Instructor Iblis, yang wajahnya di takuti oleh semua orang, menunjukkan senyuman yang langka. Orang yang mengenalnya mungkin akan terkejut, tapi itu bukanlah hal yang mengejutkan jika kau merasakan kehadiran yang hangat dari seorang wanita.

“Tina, apa yang membawamu ke sini? Sangat jarang melihatmu mengunjungi akademi.”

“Aku hanya ingin membiarkan Eru melihat tempat kerja ayahnya, jadi aku mengambil jalan memutar dari jalur kami yang biasanya.”

“Begitu ya. Eru, bagaimana menurutmu pekerjaan ayah?”

Pria itu bertanya kepada anak yang di gendong oleh istrinya, tetapi benar-benar di abaikan. Anak itu terus mengayunkan kaki dan tangannya yang pendek, menatap dengan seksama ke arah Silhouette Knight yang melakukan sparring di lapangan.

“Eh, sepertinya dia tidak mendengarkan…”

Pria itu tersenyum sembari menepuk kepala anak lelakinya yang berumur 3 tahun. Anak lelaki mereka mewarisi penampilan ibunya yang menggemaskan ― rambut perak dengan sentuhan keunguan, wajah yang oval yang sangat mirip dengan ibunya ketika dia masih muda, dan sepasang mata biru terang. Tatapannya yang tajam menunjukkan tanda keturunan dari ayahnya.

“Ara, Eru, kau lebih memperhatikan Silhouette Knight di bandingkan ayahmu sendiri, benar-benar anak laki-laki. Apa kau benar-benar menyukai Silhouette Knight?”

“Aku sudah sering mendengar impian anak-anak untuk menjadi seorang knight, Eru sepertinya berfikir seperti itu juga.”

Kedua orang tuanya menunjukkan senyuman sementara mereka memperhatikan Eru menunjukkan rasa penasarannya pada ketertarikan anak laki-laki itu. Bocah laki-laki imut itu memperhatikan pemandangan itu dengan seksama sembari melambaikan kaki dan tangannya, tak sadar kalau menjadi pusat perhatian. Dia focus pada lapangan tanpa berkedip sedikitpun, menunjukkan konsentrasinya yang berbeda. Pria itu mengusap rambut anaknya yang lembut untuk sesaat tetapi menyerah karena tidak mendapatkan reaksi sama sekali.

“Kau benar-benar menyukainya, ya? Bagaimana Eru? Itu adalah Silhouette Knight, prajurit raksasa yang mempertahankan Kerajaan kita.”

“Silhouette… Knight…”

Anak itu sepertinya memahami kata-kata dari pria itu untuk pertama kalinya, mengulang kalimat tersebut dengan iris yang unik dari balita yang berfikir sangat dalam. Pria itu tersenyum kecut setelah melihat anaknya berprilaku seperti itu, dan kembali ke posisinya setelah berbicara dengan istrinya selama beberapa saat. Di lapangan, knight raksasa menyelesaikan pertarungan mereka dan bersiap untuk pergi.

“Benar, ayo kita pulang. Kita harus menyiapkan makan malam dan menunggu ayah kembali.”

Wanita itu membujuk anak tersebut yang terus melihat ke belakang, menolak untuk pergi. Merekapun pulang.

“Silhouette Knight…”

Anak yang di gendongnya melihat knight raksasa yang ada di lapangan sampai mereka menghilang dari pandangan.

Nama panjang dari anak yang di panggil Eru, adalah Ernesti Echevarria. Dia adalah anak dari Mathias Echevarria, instructor di Laihala Pilot Academy, di lahirkan oleh ibunya Celestina.

Sudah 3 tahun berlalu semenjak kelahirannya. Saat ini adalah umur di mana anak-anak membentuk pemikirannya, periode di mana dia akan sangat sering bermain. Tetapi Eru sangat sensitif. Dia bisa memahami kedua orang tuanya sejak umur yang masih kecil dan selalu bersikap baik. Semua orang merasa kalau dia adalah anak yang ceria, tetapi kecerdasannya datang dari sumber yang lain.

Sejak dia mulai sadar, dan mengembangkan karakternya, dia menyadari mengenai ingatan yang belum pernah di alaminya sebelumnya ― ingatan dari masa lalunya yang hidup di tempat lain. Sebuah tempat bernama Jepang, masyarakat computer, dan namanya adalah Kurata Tsubasa.

Sebuah Teori bernama reinkarnasi.

Reinkarnasi di deskripsikan sebagai fenomena yang muncul ketika jiwa seseorang terlahir kembali ke dunia berkali-kali. Di sebutkan di dalam agama Buddha, dan semua orang Jepang pasti pernah mendengar mengenai teori ini, entah mereka percaya atau tidak. Kurata bukan pula pengecualian, tetapi dia tidak mempercayainya pada saat itu dan tidak pernah menyangka dia kana mengalaminya sendiri. Dia bahkan masih menyimpan pengalaman dari kehidupannya sebelumnya, sbuah reinkarnasi yang sukses.

Tetapi termasuk dirinya, tak ada seorangpun yang tahu apa yang terjadi. Satu hal yang dia yakini, kalau dia adalah Ernesti di dunia ini dan Kurata Tsubasa di dunia sebelumnya. Itulah mengapa, jika di bandingkan dengan anak-anak seumurannya, dia memiliki pikiran yang ‘berpengalaman’, dan kemampuan menganalisa yang sudah matang.

Karena pengaruh dari ibunya, dia mengunjungi tempat kerja ayahnya. Akibat dari kunjungan ini menginspirasinya untuk mendedikasikan kesempatan hidupnya yang kedua pada hal ini.

Ketika matahari mulai ternggelam di sebelah barat, seorang wanita dan seorang anak berjalan di sepanjang jalan di Laihala Academy.

Bocah lelaki it uterus menanyakan mengenai knight raksasa yang sudah di lihatnya, dan ibunya menjawabnya dengan lembut dan sabar. Melihat anaknya yang sangat bersemangat, ibunya dengan senang menjawab:

“Kau benar-benar menyukai Silhouette Knight, ya ‘kan? Apa Eru ingin menjadi seorang knight nanti?”

“Knight… Oke! Aku ingin menjadi seorang knight!”

“Ara, benar-benar anak yang bisa di andalkan. Ayo kita minta kepada ayah untuk mengajarkanmu ketika kau sudah sedikit lebih besar, oke?”

“Oke!”

Tak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi karena perjalanan antar dimensi ini. Tetapi dia yakin kalau kehidupannya yang kedua sebahai Ernesti Echevalier berlangsung di bawah kendalinya.

Tempat tinggal Echevarria berlokasi di dekat Laihala Academy.

Terpisah dari keluarga ini, orang-orang di negeri ini bangun lebih awal. Ketika matahari terbit di timur, sang ibu muda, Celestina, bangun untuk menyiapkan sarapan. Ketika dia telah selesai, seluruh keluarga sarapan bersama seperti biasanya.

Anak satu-satunya di dalam keluarga, Ernesti, bangun paing terakhir.

“Silhouette Knight!”

Eru sepertinya memimpikan sesuatu, ketika dia menendang selimutnya dan bangun dari tempat tidur. Dia masih tidak sadar kalau ibunya tertawa karena teriakannya. Eru melihat ke sekelilingnya, menyadari kalau dia ada di kamar, dia naik kembali ke tempat tidur.

Dia terlalu bersemangat semalam dan tidak bisa tidur. Sebagai gantinya, dia berbaring di atas tempat tidur dan berkhayal, dengan senyuman di wajahnya.

‘Itu adalah robot, dengan bentuk manusia, robot humanoid raksasa…!’

Ernesti ― atau lebih tepatnya sang orang Jepang Kurata Tsubasa menitikkan air mata bahagia di dalam hatinya untuk berkah yang tak di sangkanya ini, dan tidak bisa berhenti tersenyum. Mempertahankan ingatan dari Kurata Tsubasa artinya dia juga mewarisi ketertarikan yang sama dan hobi yang sama dari kehidupan sebelumnya. Di kehidupan masa lalu Eru, dia adalah Kurata Tsubasa, seorang otaku gunpla kelas berat.

Sebagai pekerja dewasa, dia menghabiskan hampir semua pendapatannya pada hobinya, menjelajahi majalah gunpla dan game, bahkan mencari beberapa gambar sesekali. Dia menaruh usaha dua kali lipat lebih kepada hobinya di bandingkan yang lainnya, dan itu bukan hal yang salah kalau mengatakan dia sangat terobsesi. Tetapi terlepas dari obesesinya, dia masihlah pria biasa. Dia tidak memiliki keinginan untuk bergabung dengan JSDF (Japan Self Defence Force) hanya untuk mendapatkan kesempatan mengoperasikan tank. Tetapi situasinya berbeda di kehidupannya ini. Itu benar, robot humanoid raksasa ― Silhouette Knight benar-benar ada di sini.

Ketika dia ‘terbangun’, dia kecewa mendapati dirinya berada di dunia di mana tak ada gunpla dan komputer. Tetapi dia sangat bersyukur dari hatinya yang terdalam untuk keajaiban ini, entah itu karena kesempatan atau dari kekuatan misterius, membiarkannya bereinkarnasi di dunia ini, kekecewaannya berubah ketika dia mengetahui Silhouette Knight. Ini bukanlah lelucon, senjata humanoid raksasa dengan tinggi 10 meter benar-benar ada. Bagi otaku gunpla sepertinya, melihat Silhpuette Knight sudah cukup memberikan pukulan hebat untuk benar-benar mengubah kehidupannya. Dengan kata lain, dia percaya alasan dia datang ke dunia ini adalah untuk memiloti robot raksasa. Dia tidak memiliki dasar mengenai hal itu, tetapi dia sangat percaya dengan hal ini.

Dia sudah memutuskannya, tetapi tubuh kecilnya kalah dengan rasa kantuknya, dan berbaring sedikit lagi sebelum sarapan siap.

Sudah hampir siang, Celestina dan Eru berada di ruangan kerja Mathias.

Ruang kerja itu memiliki perabotan yang sederhana, tetapi perabotan dari kayu yang praktikal tetap di jaga bersih dan awet. Mathias aslinya adalah seorang instructor pedang, tetapi dia juga terlibat di bidang yang berbeda. Rak-rak di ruangan kerja tersebut di penuhi dengan semacam literatur, termasuk buku bergembar untuk anak-anak.

Tina duduk di sofa di dalam ruangan, mengistirahatkan Eru kecil di pangkuannya, membacakan buku bergambar perlahan kepadanya. Dia berbicara dengan jelas dan tenang. Eru yang menikmati ini kemarin, mendengarkan untuk beberapa saat sebelum dia mulai merasa gelisah. Dia memanggil ibunya;

“Bu, bu.”

“Ada apa Eru? Kau tidak menyukai buku ini?”

“Aku menyukai buku… Tapi, aku lebih ingin tahu mengenai Silhouette Knight!”

Tina menaruh buku it uke samping dan memperhatikan ekspresi Eru. Melihat ke arah matanya yang terang yang di penuhi rasa ingin tahu dan kegembiraan, Tina menjadi tak bisa menolaknya.

“Ara ara, aku mengerti. Meskipun ini masih sangat awal untukmu Eru, jika kau ingin memiloti Silhouette Knight, kau harus pertama-tama menjadi seorang knight.”

“Knight… bagaimana cara aku bisa menjadi knight?”

Eru harus menentukan tujuan di dalam pikirannya, tetapi dia masihlah balita berumur 3 tahun. Meskipun dengan kecerdasan dari orang dewasa, kelakuannya masih sangat terbatas, termasuk pada bagian yang sangat krusial, pengumpulan informasi. Bagaimana seorang balita, dengan keterbatasan sumber daya, mendapatkan informasi? Dia harus bergantung kepada kedua orang tuanya.

“Mari kita lihat, kau harus membaca banyak buku dan belajar berpedang. Benar, mari kita minta ayah mengajarimu mengenai pedang. Ngomong-ngomong Ayahmu mengajari tehnik berpedang di dalam akademi. Bagaimana kalau membaca buku kesukaanmu, di mana Silhouette Knight muncul, oke?”

“Oke!”

Eru akhirnya kembali fokus ke buku. Tina mengusap kepalanya, mengambil buku yang berhubungan dengan Silhouette Knight, dan membacakannya dengan pelan. Eru mendengarkan cerita tersebut yang cukup mudah untuk di mengerti oleh anak-anak.

Eru membayangkan dirinya sendiri memiloti knight raksasa itu, berdiri berhadapan dengan demon beast raksasa dengan tujuan melindungi mereka yang berada dalam bahaya. Dia menempa kembali pikirannya sekali lagi. Dia ingin memiloti Silhouette Knight bagaimanapun caranya, lebih cepat akan lebih baik. Untuk mendapatkan ini, dia perlu menggunakan pola pikirnya yang matang agar bisa menguntungkannya dan mendapatkan semuanya dengan kekuatannya. Dia mempersiapkan jadwal untuk kedepannya di dalam pikirannya, tetapi untuk saat ini, dia mendengarkan dengan tenang cerita tersebut.

“Ayah, apa kau punya waktu sebentar?”

Mathias Echevarria, yang sedang beristirahat di ruang kerjanya, mendengar suara dari belakangnya. Dia berbalik dan melihat anaknya, Ernesti Echevarria berlari ke arahnya. Eru, yang kini sudah berumur 5 tahun, memiliki rambut dengan potongan mangkuk, dengan rambutnya tepat di atas alisnya. Dia memiliki rambut perak keunguan seperti halnya ibunya, menggambarkan penampilan Tina yang manis dan tetap sama. Bahkan Mathias yang sangat ketat, dengan wajahnya yang mengerikan sering tersenyum di hadapan Eru.

“Oh, aku punya waktu. Ada apa Eru?”

“Aku ingin meminta sesuatu darimu, ayah.”

Eru masih muda, tetapi berbicara dengan jelas. Perkataannya yang masih sedikit aneh ketika masih berumur tiga tahun, kini sudah lancar di umur ke 5 nya. Anak ini selalu saja sangat sopan kepada semua orang semenjak dia masih muda. Dengan cara bicaranya yang semakin jelas, ini menjadi lebih jelas. Tetapi ini tidak terasa aneh, dan sebenarnya cocok dengan penampilannya yang imut dan kecil itu. Mathias tersenyum dengan bahagia, ketika dia melihat wajah memohon Eru. Rasa ‘sayangnya’ kepada anaknya akhirnya semakin menjadi parah.

“Ayah, aku ingin menjadi seorang knight, kumohon ajari aku tehnik berpedang.”

Akhirnya ini adalah waktunya. Mathias kesulitan, tetapi dia tidak menunjukkannya di wajahnya. Dia tahu kalau anaknya sangat ingin menjadi seorang knight semenjak dia masih kecil, dan tak ada masalah dengan tujuannya itu. Jika dia memiliki motivasi, itu akan sangat bagus. Tetapi Eru masih berumur 5 tahun, jadi masih sangat dini untuk mengajarinya tehnik berpedang. Jika mereka terburu-buru dan memulainya sebelum tubuh Eru berkembang, itu akan membuatnya kesulitan. Dan juga, Eru terlihat lebih mirip dengan istrinya setiap tahunnya, dan memiliki tubuh yang lebih kecil di bandingkan anak-anak seumurannya. Sejujurnya, Mathias bahkan berfikir apakah anaknya bisa memegang pedang atau tidak.

Tetapi Mathias tetap menghadapi anaknya dengan tegas. Karena Eru telah menunjukkan keputusannya, dia tidak bisa mengabaikan hal ini sebagai seorang instructor maupun seorang ayah. Mathias menyarankan anaknya agar tidak terburu-buru, dan mulai dengan membangun kekuatan fisiknya terlebih dahulu. Dia juga memberitahunya kalau selain dari tehnik berpedang, pengetahuan mengenai sihir juga akan membantunya dalam misinya untuk menjadi seorang knight, menyemangatinya untuk mempelajari itu.

“Sihir… aku mengerti ayah, aku akan mengikuti saranmu kedepan dalam tehnik berpedang.”

Melihat wajah anaknya yang tidak goyah, Mathias mengangguk, berjanji untuk mengajarinya tehnik berpedang suatu hari nanti.

“…Itulah yang terjadi bu, jadi ajari aku sihir!”

Setelah membuat janji dengan Mathias, Eru langsung pergi kepada Tina dan meminta kepadanya. Mengapa dia meminta itu kepada ibunya? Karena ayah Tina, kakek Eru, adalah kepala sekolah Laihala Pilot Academy saat ini ― Lauri Echevarria. Tina menerimanya dengan senang, mengumpulkan bahan-bahan yang di butuhkan untuk mengajari sihir yang di ketahuinya.

― Sihir.

Tak perlu di katakan lagi kalau di kehidupan Eru sebelumnya ― di bumi, sihir tidak ada. Itu hanya ada di dalam cerita dan dongeng. Kebanyakan orang mendengar soal sihir ketika bermain game RPG, seperti Dungeon and Dragon. Tetapi kekuatan misterius ini ada di dunia ini, dan para knight menggunakan sihir untuk membantu mereka dalam pertempuran. (TL : Sebenarnya penulis lebih mengarahkan ke Dragon Quest dengan nama yang sedikit di belokkan.)

Di bawah bimbingan ibunya, yang juga bertindak sebagai guru, Eru membaca buku teks yang berhubungan dengan sihir.

Dari saat Eru memutuskan untuk menjadi pilot Silhouette Knight, Eru sudah mulai mengambil tindakan. Apa yang sedang di lakukannya adalah hal yang paing dasar, hanya belajar dengan membaca. Belajar dengan membaca di umur 3 tahun sangatlah terlalu dini. Bahkan untuk kelas atas di negeri ini ― para asristokrat ― tidak memulainya secepat itu. Karena hal tersebut, Eru bisa menangani material yang cukup tinggi.

Hal yang wajar bagi anak-anak untuk kabur dari belajar, tetapi Eru bukanlah anak biasa. Semua usahanya adalah untuk mencapai tujuannya menjadi seorang knight. Ketika dia memikirkan soal memiloti Silhouette Knight, belajar bukanlah apa-apa jika di bandingkan dengan hadiahnya. Dia pun bahkan bisa membaca buku teks dari cover ke cover. Karena isinya sangatlah tebal, akan lebih baik memperlakukannya seperti game, dan menikmatinya dari pada berfikir kalau itu adalah belajar. Dengan kecepatan belajar yang unik sebagai anak kecil, Eru mempelajari isinya dengan kecepatan yang luar biasa.




Tina bukan berprofesi sebagai seorang guru, tetapi dia menanganinya dengan lancar. Lagi pula dia adalah anak dari kepala sekolah dan istri dari seorang instructor. Dia puas dengan keinginan Eru, mengajarinya sihir dengan sabar.

― Dalam ungkapan yang sederhana, sihir di dunia ini merujuk pada kemampuan memanipulasi mana untuk menghasilkan fenomena fisikal.

Semua makhluk hidup di dunia memiliki kemampuan untuk meng-convert ‘ether’ di udara menjadi mana, dan menyimpan sebagian jumlahnya di dalam tubuh mereka.

“Mana adalah semacam bahan bakar, sihir akan di gunakan berdasarkan isi dari script sihir, untuk melakukan hal fisikal di dunia melalui sebuah kalatis.”

Tina menjelaskan kepada Eru yang duduk dengan tenang.

“Ada dua tipe makhluk hidup di dunia ini; mereka terbagi menjadi sebagian yang bisa menggunakan sihir secara independen, dan yang tidak bisa. Perbedaannya terletak pada ada tidaknya sebuah katalis di dalam tubuh mereka. Untuk makhluk yang bisa menggunakan sihir, mereka memiliki sebuah kristal di dalam tubuh mereka yang bertindak sebagai katalis. Sebagai contoh, makhluk terkuat yang di kenal sebagai naga memiliki sebuah katalis, dan semburan naga mereka di hasilkan menggunakan katalis ini.”

“Manusia tidak memiliki katalis di dalam tubuh kita, jadi kita adalah ras yang tidak bisa menggunakan sihir.”

Karena manusia tidak memiliki sebuah kristal katalis, mereka tidak bisa menggunakan sihir. Berdasarkan hukum yang berlaku di dunia ini, itu adalah hal yang alami dan fakta yang tak terbantahkan. Tetapi orang belajar cara menggunakan sihir. Inilah hasil dari menggunakan senjata mereka yang di sebut pengetahuan. Sebagai makhluk hidup di dunia ini, manusia bisa menggunakan mana dan katalis eksternal untuk menjalankan script secara bertahap untuk menggunakan sihir, akhirnya berhasil menutupi kelemahan mereka.

Dengan terobosan ini, para manusia, yang selalu menjadi makhluk terlemah di dunia ini, mengembangkan riset senjata raksasa berkekuatan sihir bertahun-tahun – Silhouette Knight. Inilah yang membuat manusia menjadi salah satu ras terkuat.

“Bu, karena Silhouette Knight sangat kuat, dan kita memiliki pasukan knight kuat yang banyak, kita bisa membangun negeri yang lebih besar ‘kan?”

“Mungkin itu bisa di lakukan, tetapi sangat sulit.”

Silhouette Knight mungkin adalah senjata yang kuat, tetapi mereka adalah senjata tactical yang membutuhkan sumber daya yang besar untuk membuat dan merawatnya. Hampir mustahil secara praktek untuk mempersiapkan sebuah pasukan yang bisa mendominasi daratan. Umat manusia menggunakan pegunungan Aubigne sebagai perbatasan untuk menjaga kedamaian di sisi barat benua. Fremmevira tetap berada di belakang sebagai pelindung untuk melindungi pijakan mereka di timur.

“Aku akan meninggalkan detailnya pada kelas sejarah. Kau akan mempelajarinya lebih detail ketika kau pergi ke sekolah.”

Tina sedang berbicara mengenai praktek cara menggunakan sihir. Seperti yang di katakan sebelumnya, sihir harus di aktifkan melalui script, dan konstruksi serta penggunaan script di lakukan di dalam virtual organ di dalam otak yang di kenal sebagai Magius Circuit. Di dunia ini, semua makhluk hidup menyadari kalau memiliki potensial untuk menggunakannya.

“Dan Eru, script adalah sigil yang menghasilkan fenomena yang spesifik. Pertama, adalah ‘Arsitektural’ dari sigil yang yang menghasilkan fenomena dasar, diikuti oleh ‘Control’ sigil yang berkoordinasi dan menggunakan Arsitektural sigil.”

Dengan menggabungkan Arsitektural Sigil dan Control Sigil, gambaran tercipta menjadi sesuatu yang mirip dengan lingkaran sihir di bumi.

Bagi pemula di bidang sihir, bagian yang menyulitkan adalah penngkostruksian script. Kebanyakan orang bisa memanipulasi Arsitektural Sigil secara langsung, tetapi menggunakan mantera yang lebih kuat dengan menggunakan script yang lebih kompleks membutuhkan banyak latihan. Karena manusia tidak bisa menggunakan sihir secara manual, itu juga membutuhkan bakat alami.

‘Arsitektural Sigil yang menentukan fenomena dan Control Sigil yang memaksimalkan efeknya. Menggabungkan keduanya menggunakan sepasang hukum yang tetap… Benar, aku sudah pernah melihat ini sebelumnya, ini sama halnya seperti…’

Pekerjaan Eru di kehidupannya sebelumnya ― seorang programmer, membantunya memahami bagian ini. Sederhananya, sigil dan interaksinya dalam bentuk script diikuti dengan logika yang sama dengan code pemrograman. Pengoperasian script oleh magius circuit sama halnya dengan virtual komputer. Karena magius circuit akan membutuhkan bantuan dari software editor. Karena magius cicuit berada di dalam otak, pengaktivannya tidak membutuhkan waktu, bekerja lebih baik dari komputer di kehidupannya sebelumnya.

Setelah Eru menangkap logika di baliknya, dia ‘mengekstrak’ arsitektural sigil dan control sigil dari bukku teks dan mulai menggunakai magius circuit ― yang berada di dalam otak manusia ― untuk mulai melakukan coding. Dengan jumlah code yang sangat banyak bahkan seorang programmer veteran tidak akan bisa mengaturnya di dalam kepala mereka; dia akan butuh bantuan dari software editor. Untuk mengatasi hal ini, Eru menggunakan magius circuit domain sebagai software editor untuk merancang dan menyusun script.

Karena dia masih pemula, dia sama sekali tidak tahu seberapa banyak orang di dunia ini bisa menggunakan sihir. Dia tidak menyadari kemampuannya untuk bisa dengan mudahnya membangun dan mengendalikan Bahasa pemrograman yang sulit menjadi hal yang spesial.

Eru memegang tongkat kayu kecil dan berfokus dengan mata tertutup.

Sebuah kristal kecil muncul di ujung tongkatnya. Itu adalah kristal katalis, sebuah item ajain yang membuat manusia bisa menggunakan sihir. Untuk manusia yang menggunakan sihir, mereka lebih ingin memegang sebuah tongkat dengan kristal katalis yang terpasang di ujungnya. Tongkat yang di pegang di tangan Eru membuat suara lembut ‘Pashu’, dan garis tembakanpun meluncur, meninggalkan bekas bakar di tengah papan target. Dia baru saja mengaktifkan arsitektural sigil api dengan sihir pemula ― ‘Fire Torch’.

“Wow Eru, itu luar biasa. Meskipun itu hanya arsitektural sigil, aku tidak pernah membayangkan kalau kau bisa menggunkaan sihir secepat ini.”

“Tapi bu, buku teksnya mengatakan kalau ini adalah dasar dari yang paling dasar, semua orang bisa langsung menggunakannya.”

“Memang benar semua orang bisa mengaktifkannya, tetapi untuk serangan yang bisa dengan akurat mengenai target membutuhkan latihan. Eru memiliki bakat dalam sihir.”

Tak peduli seberapa hebatnya Eru di dalam pemrograman, itu tidaklah berguna jika dia hanya mempelajari teorinya tanpa praktik sama sekali. Sebuah papan target sedehana di halaman belakang dan Tina menemaninya untuk berlatih. Mereka mempelajari semua arsitektural sigil satu demi satu, membuat Eru agar bisa membiasakan diri dengan sensasi menggunakan sihir. Setelah merapalkan mantera beberapa kali, Eru mulai merasa aneh… itu terasa seperti energinya perlahan mengering dari tubuhnya. Itu terasa seperti kelelahan yang kau rasakan ketika berolah raga, tetapi juga berbeda di saat yang bersamaan. Pengalaman yang unik ini membuatnya kebingungan, tetapi ini adalah hasil yang wajar karena menggunakan mana. Dia bernafas dengan berat dan menghirup ether yag ada di udara di sekitarnya, mencoba untuk mengisi ulang mananya.

‘…Aku tidak tahu kalau selelah ini. Jika aku menggunakan mantera tingkat menengah, aku mungkin akan pingsan karena kehabisan nafas.’

Tina yang mengawasinya, berjalan mendekat dengan senyuman lembut dan mengusap kepalanya.

“Inilah yang di rasakan ketika kau menghabiskan mana. Jika kau tidak mengalaminya sekarang, itu akan menjadi masalah di kedepannya nanti.”

“…Aku tidak bisa menarik nafas, sangat menyakitkan. Manaku habis hanya setelah menggunakan sedikit sihir, sangat menyebalkan.”

“Jangan berkecil hati. Kau masih muda, kurangnya mana adalah hal yang wajar.”

“Apakah aku akan mempunyai mana yang lebih banyak jika besar nanti?”

“Hmm ― Biar ku pikirkan. Itu sedikit berbeda, tapi pikirkan saja itu kurang lebih seperti stamina. Pertumbuhan dari mana tidak hanya bergantung pada pertumbuhan tubuhmu. Itu juga akan semakin kuat jika kau melatih fisikmu.”

“Aku mengerti. Bu, karena itu masalahnya, aku akan melakukan latihan khusus untuk meningkatkan kapasitas mana milikku.”

Tina memberikannya senyuman kecut, mengusap kepala dari Eru yang bersemangat.

“Ara, benar-benar anak yang pekerja keras. Jangan terlalu terburu-buru, melakukannya dengan terburu-buru juga tidak akan bagus.”

Eru menyadari hal tersebut dan dia merasa kalau dia memang terlalu terburu-buru. Tina benar, terburu-buru tidak akan berdampak bagus padanya, dan dia tidak ingin membuat ibunya, yang menemaninta menjadi khawatir.

“Baik, bu. Aku akan menjaganya tetap pelan dan stabil.”

Eru membuat janji kepada ibunya dengan wajah yang tegas. Tina mengangguk dan memeluknya dengan erat.

Eru kemudian memulai latihan khususnya beberapa hari kemudian.

Dengan janji yang di buatnya dengan Tina dan masa depan di dalam pikirannya, dia perlu meningkatkan kemampuan fisiknya dan kemampuan sihirnya dengan stabil. Mengkonstruksi script adalah kekuatan Eru. Dia bisa mencari cara untuk terus maju jika dia menggunakan pengetahuannya di kehidupannya sebelumnya. Sisanya akan bergantung pada mana yang dibutuhkannya untuk menggunakan sihir. Dia terus melakukan rutinitas jogingnya, latihan fisik, menghabiskan mana miliknya, dan mengisinya ulang. Dengan terus menerus menjalani latihan dasar ini, dia menemukan sihir yang menarik di dalam buku teks.

Dia sedang melihat mantera peningkatan kemapuan fisik. Peningkatan kemampuan fisik memiliki arti memperkuat kapabilitas tubuhmu, termasuk kekuatan, stamina, dan kecepatan. Rencana Eru adalah memasukkan mantera ini ke dalam latihan fisiknya, melatih kedua pikiran dan tubuh di saat yang bersamaan untuk lebih efisien.

Mantera peningkatan kemampuan fisik adalah mantera tingkat tinggi, mantera yang sangat sulit di gunakan. Efek dari sihir tersebut bergantung pada scriptnya. Semakin sederhana strukturnya, semakin mirp dia dengan arsitektural sigil, dan sebaliknya, akan lebih mudah di kendalikan; lebih banyak targetnya, akan menjadi lebih kompleks dan semakin sulit jadinya.

Mantera tingkat tinggi yang sangat kompleks peningkatan kemampuan fisik (Physical Boost) memiliki kemampuan meningkatkan ‘semua serat otot’. Memperkuat ‘seluruh tulang’ untuk menyerap tubrukan, dan peningkatan durabilitas dari kulit. Di butuhkan pengendalian dari target mantera tersebut, yang berubah-ubah secara berkala mengikuti pergerakan. Untuk menggunakan efek ini, scriptnya di butuhkan untuk di aktifkan secara terus menerus. Itulah mengapa mantera physical boost berada pada level yang tinggi dan lebih besar, mantera yang sangat mencolok, yang tidak membutuhkan pemeliharaan untuk di pertahankan.

Biasanya, Eru akan menyerah pada tingkat ini dan akan lebih memilih mantera yang lebih praktis. Tapi dia tahu bagaimana caranya untuk menyelesaikan masalah ini karena kemampuan uniknya ― konsep pemrograman. Dia telah berpengalaman dalam mendesain software coding untuk menangani sejumlah variable. Itulah mengapa dia melewati bagian sihir untuk pemula dan melompat langsung pada fase ‘modifiaksi sihir’. Memperhatikan struktur dari cript physical boost, Eru meng-compress strukturnya ke dalam jumlah variable seminimal mungkin, menciptakan subscript yang akan secara otomatis mengekstrak status pada tubuh. Setelah menyusunnya, dia hanya tinggal mendesain user interfacenya untuk membuatnya lebih mudah di control, agar bisa mengurangi bebannya.

Project yang rumit seperti pengembangan script bukanlah sesuatu yang bisa di lakukan dengan mudah oleh siapapun. Akan tetapi, Eru, tidak menyadari hal ini, menyelesaikan pengemabangannya dengan cepat, dan patchnya dengan peningkatan yang sangat besar. Tetapi meskipun begitu, masih sulit untuk mengendalikan sihir yang terlalu membebani pikiran. Tetapi dengan kemampuan memprosesnya yang luar biasa, itu tidak terlalu banyak membebaninya. Tak ada seorangpun yang menyadari kalau revolusi bersejarah telah terjadi, tetapi bagi Eru, ini hanyalah langkah kecil menuju perjalanannya.

Semuanya telah siap. Eru menggenggam tongkatnya di tangannya, mengaktifkan mantera physical boost yang telah di kembangkan, dan memulai latiha hariannya dengan semangat. Tetapi perjalanannya yang penuh dengan semangat berakhir dengan tragedy, dia bahkan tidak memiliki waktu untuk merasakan bergerak dengan physical atribut yang telah di tingkatkan sebelum tumbang beberapa ratus meter karena kehabisan mana.

Seperti yang di duga dari mantera tingkat lanjut, pengendaliannya sangat rumit dan mana yang di gunakannya sangat mengerikan. Eru kehilangan semangat karena kesalahan dasarnya dan kembali menjalankan latihan biasanya untuk saat ini.



Bahkan dengan usaha keras yang di lakukannya, dia masih butuh waktu 3 tahun untuk bisa mengaktifkan sihir physical boost miliknya untuk selama beberapa saat. Eru di penuhi dengan ambisinya, bergerak menuju ke tujuannya hari demi hari.



<=Previous | Main Menu | Next=>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular

Recent

Comments